PANTAI MOLANG TERSAYANG

Pucanglaban
—  Kecamatan  —
Lokasi Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung.png
Peta lokasi Kecamatan Pucanglaban
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenTulungagung
Pemerintahan
 • Camat-
Luas- km²
Jumlah penduduk-
Kepadatan- jiwa/km²
Desa/kelurahan9 desa
 PANTAI MOLANG TERSAYANG
Selain liburan, moment penting lain yang biasanya kami gunakan untuk berpetualang adalah saat ramadhan dan akhir tahun. Namun lain ceritanya dengan perjalanan kali ini yang justru kami lakukan tepat diawal tahun. Sensasi yang berbeda memang kami rasakan saat melakukan perjalanan tepat pada tanggal 1 Januari 2012. Hiruk pikuk perayaan tahun baru masih terasa menggema sehingga jalan-jalan yang kami lalui pun terlihat ramai. Sensasi lain yang tak terpisahkan dengan bulan Januari adalah hujan yang mengintai disepanjang perjalanan.
Petualangan kali ini kami arahkan ke Pantai Molang di Desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung. Untuk menuju pantai ini sebenarnya cukup mudah bila perjalanan diawali dari arah ngunut, sebab papan penunjuk arah yang tersedia sudah cukup memadai. Akan tetapi karena ketidak cermatan, tetap saja kami sempat tersesat hingga ke Desa Ngubalan. Terus terang selama dalam perjalanan konsentrasi kami memang terpecah. Selain harus mencermati rute, kami juga terus mengamati pergerakan hujan yang mulai mendekat. Alih-alih terus melaju, ternyata jalanan yang kami lalui justru mengarah ke arah datangnya hujan, sehingga kami pun terpaksa berteduh. Terhitung hingga dua kali kami harus berteduh selama perjalanan menuju pantai ini.
Rute cepat Blitar –  Pantai Molang (Pucanglaban) dapat diakses pada halaman Rute dan Informasi.
Awalnya kami beranggapan bahwa dengan berteduh akan menunda dan mengacaukan perjalanan ini, tapi ternyata ada hikmah besar dibaliknya. Sebelum kami tiba, ternyata di Pantai Molang tengah diadakan konser dangdut untuk memeriahkan datangnya tahun baru 2012. Dan ketika kami tiba di pantai, kegiatan tersebut telah usai, sehingga kami tak perlu berjejal untuk menikmati keindahan pantai ini. Kesempatan itu pun tak kami sia-siakan…
Tak banyak lagi kata selain memuji keelokan Pantai Molang. Sungguh suasana hati kami yang semula tegang oleh perjalanan yang tak menentu, perlahan mulai hanyut dalam deburan ombak dan keindahan pantai ini.
Secara umum, panorama di Pantai Molang cukup menarik, jika cuaca cerah semenanjung Sine dan beberapa pulau kecil didepannya dapat terlihat dengan jelas. Kondisi Pantai Molang sendiri juga cukup unik, pantai ini terbagi dua oleh sebuah sungai yang bermuara ke laut dan diantara keduanya dihubungkan oleh jajaran batu karang alam yang tertata rapi. Deburan ombak yang menghantam karang-karang juga menambah eksotika pantai ini. Sungguh sebuah suguhan yang menarik diawal tahun. Semoga perjalanan kali ini dapat menginspirasi perjalanan-perjalanan kami selanjutnya.
Pantai Molang Saat Cerah

EKSOTIKA PUCANGLABAN

Menyisir Eksotika Pesisir Pucanglaban

Participant : Galy, Kcing, Erwin, Ipoenk
Pucanglaban merupakan sebuah desa dan sekaligus ibukota Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung. Uniknya, desa ini justru berada di pelosok kecamatan, di mana sebelah timurnya berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra Hindia. Konsekuensi dari posisinya yang berbatasan langsung dengan samudra, menyebabkan pesisir desa ini dihiasi oleh hamparan pantai-pantai yang indah. Salah satu pantai yang pernah kami kunjungi adalah Pantai Molang. Tak dapat dipungkiri bahwa eksotika pantai itu telah menggugah hasrat kami untuk kembali menyusuri pesisir Pucanglaban.
Perjalanan ini kami mulai dari jalan Cemara 116. Bersama Mas Erwin dan Mas Ipoenk, kami menuju Pucanglaban melalui Kademangan. Rute ini sama persis dengan rute yang kami lalui ketika menuju Pantai Molang.  Dari kantor Kecamatan Kademangan kami berbelok ke kanan menuju Desa Maron. Setelah menjumpai pertigaan puskesmas pembantu Maron, kami berbelok ke kanan hingga menjumpai pertigaan yang di tengahnya terdapat miniatur candi di Desa Panggungduwet. Dari pertigaan tersebut, kami kembali berbelok ke kanan menuju Pasar Puser dan melanjutkan perjalanan hingga Desa Pucanglaban. Setiba di Desa Pucanglaban kami langsung menuju area tambak, dari area itulah perjalanan ini ditentukan.
Pantai Pacar
Belum sempat menentukan pantai mana yang akan disambangi, pesona ombak di sekitar tambak sudah terlebih dulu menghipnotis kami. Tanpa berfikir panjang kami langsung meluncur ke bawah. Di sana terlihat hamparan pasir putih yang timbul tenggelam dihantam ombak. Sedikit ngeri juga, tapi pemandangan di spot ini sungguh memukau.
Spot ini akrab disebut sebagai Pantai Pacar. Pantai ini memang lebih sering tenggelam sehingga hanya dikenal di kalangan pemancing. Di sebelah timur pantai dapat dijumpai instalasi pendistribusi air tambak. Jika cerah, disebelah barat tampak samar-samar sebuah air terjun  yang aliran airnya jatuh ke laut. Pemandangan tersebut sungguh menarik hati. Kami pun sepakat untuk menyisir pantai di sebelah barat pantai Pacar dengan harapan bisa sampai di air terjun tersebut.
foto by Erwin
——————————————————————————————————————————————-
Pantai Lumbung
Setelah menyisir jalan tanah di barat Pantai Pacar, akhirnya kami sampai di Pantai Lumbung. Seperti halnya Pantai Pacar, pantai ini lebih dikenal di kalangan para pemancing. Hal tersebut memang cukup beralasan sebab akses untuk turun ke pantai masih sulit dan berbahaya. Penduduk yang kami jumpai memang tidak merekomendasikan pantai ini untuk dikunjungi, sebab Desa Pucanglaban sudah memiliki Pantai Molang sebagai icon wisata. Tapi percuma ngomong sama orang nekat seperti kami. Nggah-nggih nggah-nggih tapi ra kepanggih, dan kami pun tetap turun.
Pantai Lumbung memang eksotis. Walau pantainya tidak terlalu lebar tapi pemandangan di sini benar-benar memukau. Keindahan itu ditambah dengan adanya batu karang yang menjulang megah.
Ternyata rute menuju air terjun yang kami maksud masih jauh. Sebenarnya jika Pantai Blabak Umbul Drono di sebelah barat Pantai Lumbung tidak pasang, air terjun tersebut dapat dituju dengan sisir pantai.
Setelah puas menikmati eksotika Pantai Lumbung kami memutuskan untuk berteduh di Pantai Molang sekaligus mengakhiri perjalanan ini. Semoga diperjalanan-perjalanan selanjutnya kami dapat menyusuri lebih jauh pantai-pantai di Pucanglaban, mengingat masih dapat ditemui pantai-pantai lain hingga ke Dlodo.

Sejarah Tulungagung

Dalam Bahasa Kawi, Tulungagung berarti ‘sumber air besar’. Tulung berarti sumber, dan agung berarti besar. Dulunya merupakan daerah kecil yang terletak di sekitar tempat yang saat ini merupakan pusat kota (alun-alun). 
Tulungagung adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Tulungagung dibatasi oleh Kabupaten Blitar di sebelah timur, Kabupaten Trenggalek disebelah barat, Kabupaten Kediri di sebelah utara dan Samudra Hindia di sebelah selatan. Secara administratif, Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pagerwojo, Pakel, Pucanglaban, Rejotangan, Sendang, Sumbergempol, Tanggung Gunung, Tulungagung.
Secara topografik, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan.
Dulunya, Tulungagung merupakan daerah yang berawa-rawa, yang terkenal dengan nama Bonorowo/ngrowo (rowo=rawa). Bekas rawa-rawa tersebut kini menjadi wilayah kecamatan Campurdarat, Boyolangu, Pakel, Besuki, Bandung, Gondang. Dalam prasasti Lawadan, terletak di sekitar Desa Wates Kecamatan Campurdarat, dengan candra sengkala “Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa” yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M disebutkan bahwa Raja Daha yang terakhir yaitu Sri Kretajaya merasa berkenan atas kesetiaan warga Thani Lawadan terhadap raja ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha. Tanggal tersebut kemudian digunakan sebagai hari jadi Tulungagung. Pada Prasasti Lawadan dijelaskan juga tentang anugrah Raja Kertajaya berupa pembebasan dari berbagai pungutan pajak dan penerimaan berbagai hak istimewa kepada Dwan Ri Lawadan Tken Wisaya, atau dikenal dalam cerita sebagai Dandang Gendhis. Di jaman majapahit, Bonorowo dipimpin oleh seorang Adipati yang bernama adipati kalang. Adipati kalang tidak mau tunduk pada kekuasaan Majapahit, yang berujung pada invasi Mojopahit ke Bonorowo. Adipati kalang dan pengikutnya yang berjuang dengan gagah berani akhirnya tewas dalam pertempuran didaerah yang sekarang disebut Kalangbret dikecamatan Kauman.
Di Jaman penjajahan jepang, Tulungagung dijadikan base pertahanan jepang untuk menangkal serangan sekutu dari australia serta sebagai benteng pertahanan terakhir untuk menghadapi serangan dari arah utara. Pada masa itu ratusan ribu romusa dikerahkan untuk mengeringkan rawa-rawa Tulungagung membuangnya ke pantai selatan dengan membuat terowongan air menembus dasar gunung Tanggul, salah satu gunung dari rangkaian pegunungan yang melindungi Tulungagung dari dasyatnya ombak pantai selatan, yang terkenal dengan sebutan terowongan ni yama. Terowongan tersebut sekarang dijadikan PLTA Tulungagung.
Sentra industri dan makanan
Tulungagung sekarang terkenal sebagai sentra industri kerajinan marmer dan batu onyx. Sentra industri ini terdapat di selatan Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak terdapat perajin marmer. Batu-batuan marmer dan onyx tersebut selain bersumber dari Tulungagung sendiri, juga di datangkan dari daerah lain, seperti Bawean, sebuah pulau yang masuk wilayah kabupaten Gresik. Bawean dikenal sebagai pemasok batu onyx yang memiliki kualitas baik dan relatif lebih tua dari segi usia.
Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan berkembang berbagai industri kecil dan menengah yang kebanyakan memproduksi alat-alat/perkakas rumah tangga. Seperti batik dan konveksinya, bordir Garmen, busana muslim, sprei, sarung bantal, rukuh dan sebagainya. Di Kecamatan Ngunut terdapat industri peralatan TNI dengan standart NATO seperti tas ransel, sabuk, dan lainnya. Begitu juga makanan ringan seperti kacang atom dan lain-lain.
Selain itu, juga terdapat banyak makanan khas Tulungagung. Makanan tersebut barangkali tak akan mudah di temukan di daerah lain, seperti: lodho ayam, nasi pecel, sompil, dan jajanan semisal kacang Shanghai, geti, jongkong, ireng-ireng, sredeg, cenil, plenggong. Ada juga minuman khasnya, seperti: kopi cethe, wedang jahe sere, dawet camcao, rujak uyub, dan beras kencur.
Cerita Wisata dan Seni
Sebenarnya, Tulungagung memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Sayangnya, masih banyak potensi pariwisata yang belum tergarap secara baik oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Meski demikian, industri pariwisata di Tulungagung cukup berkembang dengan objek wisata andalan seperti Pantai Popoh yang terletak di Kecamatan Besuki.
Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi selain Pantai Popoh, di antaranya Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, dan Pantai Dlodo.
Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang, Coban Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua Selomangleng di Kecamatan Boyolangu, serta Gua Pasir di Kecamatan Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan Wonorejo.
Beberapa situs peninggalan zaman baheula berupa candi menjadi pelengkap obyek wisata di Tulungagung, seperti Candi Gayatri yang terdapat di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau.
Di bidang seni, Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya: Jaranan sentherewe , Reog Tulungagungan, Tiban, Jedor, Kentrung, Manten Kucing. Kesenian jaranan dan reog tulungagungan bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.
Berbeda dengan reog Ponorogo, reog Tulungagung tidak dilengkapi dengan dadak merak. Sebuah sumber mengatakan reog Tulungagung biasanya terdiri dari 6 orang penari dengan membawa dan menabuh kendang. Masing-masing diiringi dua kenong dengan dua nada dan satu gong.
Kelompok-Kelompok Kesenian Tulungagung biasanya memproduksi VCD kesenian mereka secara indi label. Sehingga kalau ada yang menginginkan referensi tentang kesenian-kesenian di Tulungagung, bisa dengan mudah mendapatkannya di pasar-pasar daerah, seperti pasar tulungagung.
Ketoprak ‘Siswo Budoyo’ adalah contoh kelompok kesenian asli Tulungagung yang dulu sangat terkenal dan cukup melegenda. Namun, seiring perjalanan waktu kelompok kesenian ini pun akhirnya surut. Sampai kini belum ada yang bisa menggantikannya.



T.A

Sejarah Tulungagung

Dalam Bahasa Kawi, Tulungagung berarti ‘sumber air besar’. Tulung berarti sumber, dan agung berarti besar. Dulunya merupakan daerah kecil yang terletak di sekitar tempat yang saat ini merupakan pusat kota (alun-alun). 
Tulungagung adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Tulungagung dibatasi oleh Kabupaten Blitar di sebelah timur, Kabupaten Trenggalek disebelah barat, Kabupaten Kediri di sebelah utara dan Samudra Hindia di sebelah selatan. Secara administratif, Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pagerwojo, Pakel, Pucanglaban, Rejotangan, Sendang, Sumbergempol, Tanggung Gunung, Tulungagung.
Secara topografik, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan.
Dulunya, Tulungagung merupakan daerah yang berawa-rawa, yang terkenal dengan nama Bonorowo/ngrowo (rowo=rawa). Bekas rawa-rawa tersebut kini menjadi wilayah kecamatan Campurdarat, Boyolangu, Pakel, Besuki, Bandung, Gondang. Dalam prasasti Lawadan, terletak di sekitar Desa Wates Kecamatan Campurdarat, dengan candra sengkala “Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa” yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M disebutkan bahwa Raja Daha yang terakhir yaitu Sri Kretajaya merasa berkenan atas kesetiaan warga Thani Lawadan terhadap raja ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha. Tanggal tersebut kemudian digunakan sebagai hari jadi Tulungagung. Pada Prasasti Lawadan dijelaskan juga tentang anugrah Raja Kertajaya berupa pembebasan dari berbagai pungutan pajak dan penerimaan berbagai hak istimewa kepada Dwan Ri Lawadan Tken Wisaya, atau dikenal dalam cerita sebagai Dandang Gendhis. Di jaman majapahit, Bonorowo dipimpin oleh seorang Adipati yang bernama adipati kalang. Adipati kalang tidak mau tunduk pada kekuasaan Majapahit, yang berujung pada invasi Mojopahit ke Bonorowo. Adipati kalang dan pengikutnya yang berjuang dengan gagah berani akhirnya tewas dalam pertempuran didaerah yang sekarang disebut Kalangbret dikecamatan Kauman.
Di Jaman penjajahan jepang, Tulungagung dijadikan base pertahanan jepang untuk menangkal serangan sekutu dari australia serta sebagai benteng pertahanan terakhir untuk menghadapi serangan dari arah utara. Pada masa itu ratusan ribu romusa dikerahkan untuk mengeringkan rawa-rawa Tulungagung membuangnya ke pantai selatan dengan membuat terowongan air menembus dasar gunung Tanggul, salah satu gunung dari rangkaian pegunungan yang melindungi Tulungagung dari dasyatnya ombak pantai selatan, yang terkenal dengan sebutan terowongan ni yama. Terowongan tersebut sekarang dijadikan PLTA Tulungagung.
Sentra industri dan makanan
Tulungagung sekarang terkenal sebagai sentra industri kerajinan marmer dan batu onyx. Sentra industri ini terdapat di selatan Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak terdapat perajin marmer. Batu-batuan marmer dan onyx tersebut selain bersumber dari Tulungagung sendiri, juga di datangkan dari daerah lain, seperti Bawean, sebuah pulau yang masuk wilayah kabupaten Gresik. Bawean dikenal sebagai pemasok batu onyx yang memiliki kualitas baik dan relatif lebih tua dari segi usia.
Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan berkembang berbagai industri kecil dan menengah yang kebanyakan memproduksi alat-alat/perkakas rumah tangga. Seperti batik dan konveksinya, bordir Garmen, busana muslim, sprei, sarung bantal, rukuh dan sebagainya. Di Kecamatan Ngunut terdapat industri peralatan TNI dengan standart NATO seperti tas ransel, sabuk, dan lainnya. Begitu juga makanan ringan seperti kacang atom dan lain-lain.
Selain itu, juga terdapat banyak makanan khas Tulungagung. Makanan tersebut barangkali tak akan mudah di temukan di daerah lain, seperti: lodho ayam, nasi pecel, sompil, dan jajanan semisal kacang Shanghai, geti, jongkong, ireng-ireng, sredeg, cenil, plenggong. Ada juga minuman khasnya, seperti: kopi cethe, wedang jahe sere, dawet camcao, rujak uyub, dan beras kencur.
Cerita Wisata dan Seni
Sebenarnya, Tulungagung memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Sayangnya, masih banyak potensi pariwisata yang belum tergarap secara baik oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Meski demikian, industri pariwisata di Tulungagung cukup berkembang dengan objek wisata andalan seperti Pantai Popoh yang terletak di Kecamatan Besuki.
Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi selain Pantai Popoh, di antaranya Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, dan Pantai Dlodo.
Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang, Coban Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua Selomangleng di Kecamatan Boyolangu, serta Gua Pasir di Kecamatan Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan Wonorejo.
Beberapa situs peninggalan zaman baheula berupa candi menjadi pelengkap obyek wisata di Tulungagung, seperti Candi Gayatri yang terdapat di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau.
Di bidang seni, Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya: Jaranan sentherewe , Reog Tulungagungan, Tiban, Jedor, Kentrung, Manten Kucing. Kesenian jaranan dan reog tulungagungan bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.
Berbeda dengan reog Ponorogo, reog Tulungagung tidak dilengkapi dengan dadak merak. Sebuah sumber mengatakan reog Tulungagung biasanya terdiri dari 6 orang penari dengan membawa dan menabuh kendang. Masing-masing diiringi dua kenong dengan dua nada dan satu gong.
Kelompok-Kelompok Kesenian Tulungagung biasanya memproduksi VCD kesenian mereka secara indi label. Sehingga kalau ada yang menginginkan referensi tentang kesenian-kesenian di Tulungagung, bisa dengan mudah mendapatkannya di pasar-pasar daerah, seperti pasar tulungagung.
Ketoprak ‘Siswo Budoyo’ adalah contoh kelompok kesenian asli Tulungagung yang dulu sangat terkenal dan cukup melegenda. Namun, seiring perjalanan waktu kelompok kesenian ini pun akhirnya surut. Sampai kini belum ada yang bisa menggantikannya.



T.A

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / candi rayap arsitektur alam

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger